Kapanlagi.com - Publik Indonesia tentu sudah tak asing dengan sosok Marissa Haque, yang pada tahun '80-an dikenal sebagai bintang film muda yang ikut meramaikan jagat film nasional. Hingga akhirnya ia disunting rocker Ikang Fawzi, ia masih berkutat di dunia perfileman, sampai akhirnya "dipinang" sebuah partai politik dan bergabung di dalamnya sehingga sampai ia menjadi politisi di Senayan (Gedung DPR/MPR) sebagai anggota Komisi VIII DPR RI. Bersama sejawatnya Elviana dari Komisi X DPR-RI yang membidangi Pendidikan, Marissa Haque, belum lama ini bertandang ke Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mengunjungi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, di Kampus IPB Darmaga.
Lantas, apa gerangan yang dilakukan di FKH-IPB? Rupanya, sebagai ibu rumah tangga, Marissa Haque ternyata ikut risau dengan wabah flu burung yang terjadi di Indonesia. Pasalnya, dengan isu flu burung itu, tidak hanya peternak saja yang tertimpa musibah karena ada banyak jutaan unggas, khususnya ayam, yang mati karena serangan penyakit itu.
Namun akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang kemudian takut mengonsumsi ayam, padahal ayam adalah protein hewani yang dibutuhkan untuk kesehatan, dan harganya relatif terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Atas kondisi itulah, ia terpanggil untuk ikut berkampanye agar publik tidak takut makan ayam, terlebih bila ayam tersebut sehat dan tidak berpenyakit.
Karena itu, maksud kunjungannya ke FKH-IPB adalah bertemu ahli dan pakar yang berkompeten untuk membahas masalah flu burung, serta berupaya menyosialisaikan kepada masyarakat agar tidak terlalu berlebihan dalam menanggapinya.
"Makan ayam itu aman, jika dimasak dengan panas 80 derajat Celcius dengan lama minimal 5 menit, bakteri dan segala penyakit termasuk virusnya akan mati. Jangan sampai tidak makan ayam. Kita tahu jika tidak makan daging kita akan menjadi bangsa yang terbelakang mungkin menjadi idiot," katanya kepada para wartawan di Laboratorium Patologi FKH-IPB. Menurut dia, kejadian flu burung yang marak diberitakan oleh media massa perlu diwaspadai, karena mungkin menyangkut pertahanan dan keamanan negara Indonesia.
"Saya sebagai perempuan dan juga ibu rumah tangga serta juga sebagai mahasiswa IPB (saat ini Marissa Haque sedang studi S-3 di IPB-red) melihat hal ini sebagai ancaman bagi pertahanan dan keamanan kita."
"Jadi, pertahanan bukan hanya membeli senjata seperti rudal, peluru dan lain-lain. Namun bisa juga menyangkut pangan, yang hakiki bisa mempengaruhi rumah tangga, di mana di dalamnya terdapat sanak famili dan keluarga, yang berkembang menjadi suatu bangsa," katanya.
Dekan FKH-IPB Dr drh Heru Setijanto pun membenarkan pernyataan itu dengan menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu terlalu khawatir berlebihan tentang flu burung. "Benar, kita perlu waspada, tapi jangan berlebihan, dan mari kita luruskan," katanya.
Menurut dia, terdapatnya wabah flu burung di sana-sini sifatnya sporadis, dan itu menjadi konsekuensi yang harus diterima, karena hal itu sedang menjadi endemis di Indonesia.
"Memang wabah flu burung ini terkadang muncul di suatu daerah, namun demikian dari sisi hewan cukup terkendali. Buktinya dari tahun 2004 hingga 2005 tidak ada lagi wabah yang besar-besaran seperti akhir 2003 dan awal 2004 itu," katanya. (*/bun)