Dr.Hj. Marissa Haque Ikang Fawzi, SH, MHum, MBA, MH

Dr.Hj. Marissa Haque Ikang Fawzi, SH, MHum, MBA, MH
Dr.Hj. Marissa Haque Ikang Fawzi, SH, MHum, MBA, MH

Ledakan Penduduk dan Lingkungan Hidup Indonesia (dlm Dr.Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum, MBA, MH)

Ledakan Penduduk dan Lingkungan Hidup Indonesia (dlm Dr.Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum, MBA, MH)
Ledakan Penduduk dan Lingkungan Hidup Indonesia (dlm Dr.Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum, MBA, MH)

Lagu "Hanya Satu Kamu": oleh Ikang Fawzi





Janji Setia & Cinta Ikang Fawzi untuk Marissa Haque Kekasihnya, 1985







Marissa Haque Cover di Majalah Environment

Marissa Haque Cover di Majalah Environment
Meneliti Illegal Logging di Prov. Riau, 2006-2009

Respectable IPB, Bogor

Respectable IPB, Bogor
IPB, Bogor, Marissa Haque Fawzi, Program Doktor, 2009

Untukmu Indonesiaku

Untukmu Indonesiaku
Untukmu Indonesiaku, Marissa Haque Fawzi

Kamis, 15 Oktober 2009

Pesan Bu Dr. Etty Riany pada Marissa Haque: Selamatkan Bumi Dengan Tanganmu

IPB dan Lingkungan Hidup
Hari hari belakangan ini saya merasakan sebuah ‘kemewahan’ luar biasa dan agak ge-er bahwa saya being chosen untuk dapat turut menikmati pendidikan disalah satu kampus terbaik dinegeri ini IPB (Institut Pertanian Bogor). Walaupun disaat SMAN 8 (sekolah unggulan di Jakarta saat itu) saya lulus dari jurusan IPA, namun dengan seribu persen kesadaran penuh saya memilih sebuah fakultas dimana sayapun selalu punya waktu luang untuk shooting film yang menjadi instrumen aktualisasi diri saat itu. Akhirnya pilihan jatuh kepada Fakultas Hukum. Dan sebagai lulusan Fakultas Hukum saya tidak berani bermimpi untuk berdekat-dekatan dengan sebuah universitas yang sangat eksakta semacam IPB ini. Namun, sejarah hidup menetukan lain disaat saya masih duduk sebagai anggota DPR RI melalui suami Ce’ Hetty Koes Endang yang bernama Yusuf Emir Faisal, PhD (DPR RI/Fraksi PKB) dan Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (Menteri Kelalutan/PDIP) ditambah dorongan teman sesama kader PDIP asal Jambi Elviana dan Dr. Asep Saefudin, MSc sebagai Purek 4 IPB bidang Pengembangan Usaha saya mencoba ikutan tes masuk program Doktor dan surprisingly lolos pada sekitar tahun 2005.

Ketertarikan saya pada program PSL (Pusat Studi Lingkungan) ini karena memang menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehancuran bumi didepan mata namun pemerintah Indonesia sangat naif didalam mengahadapi semua gejala kehancuran alam oleh keserakahan manusia penguasanya. PSL sebagai satu-satunya jurusan yang “multidisiplin” di IPB, juga menyediakan kelas eksekutif bagi orang-orang sibuk yang ingin tetap mengisi kognisinya dengan bidang keilmuan akademik (resmi) namun terhadang kesibukan waktu kerja dan tanggung jawab sosial lainnya. Saya masuk dikelas eksekutif Jumat dan Sabtu di Kampus Baranangsiang, Bogor ini selain karena memang dihari kerja sibuk sebagai anggota DPR RI, juga karena keuangan saya masih sangat lapang disaat itu. Dikelas tempat saya belajar dengan interior manis ber-air condition seperti sekolahku saat di Ohio, Amerika Serikat dulu adalah juga ruang kelas dimana Presiden SBY bersekolah. Sembari bercanda saya dan teman-teman sekelas sering ikutan gantian duduk ditempat Pak SBY dulu duduk dan mengatakan: ” … aaaah… siapa tahu jadi Presiden juga, atau minimal Menteri deeeeh!” tawa kami sekelas berderai bersahut-sahutan. Namun apakah sedemikian mudah lulus dari PSL-IPB? Hmmm… saya belum ingin menjawabnya pada tulisan pertama terkait IPB ini. Karena saya ingin memulainya dengan yang ringan-manis-lucu, sehingga enak untuk disimpan mengkristal didalam memoriku.

Dr. Etty Riani dari IPB
Tidak semua pengajar – para dosen – yang dapat berfungsi sebagai fasilitator. Sebenarnya hal ini terjadi dimanapun juga baik di IPB maupun kampus lain, dalam hal ini saya sangat yakin. Dari sejumlah pengajar yang dekat dihati – karena yang bersangkutan telah dipindah kejurusan lain di IPB karenanya saya ingin mengekspresikan rasa terimakasih saya kepada yang bersangkutan – adalah Ibu Dr. Etty Riani, Msi. Beliau ahli ikan dan air (limbah cair dan lain sebagainya). Rumahnya di Bogor dilokasi antara kampus Baranangsiang dan Darmaga. Orangnya pintar namun sangat bersahaja serta rendah hati sesuai dengan rata-rata karakter dasar para pengajar di IPB – sweet and tender hearted lecturers. Sudah lama saya tidak bertemu dengan Bu Etty – demikian panggilan sayang kami sekelas untuknya. Terakhir jumpa disekitar akhir tahun lalu saat beliau tampil menjadi salah seorang pembicara pada diskusi ilmiah di Universitas Terbuka, Situ Gintung, Ciputat sekitar 5-10 menit dari rumahku di Pelangi Bintaro. Dengan rasa rindu saya menemui Bu Etty, menjemputnya serta mengajaknya makan Soto Betawi didepan rumahku yang terkenal kelezatannya diseantero Bintaro. Saya sempat duduk sebagai peserta tamu diantara para peserta pada seminar tersebut yang mengangkat topik menarik yaitu tentang Energi Alternatif Ramah Lingkungan. Kita semua mengetahui bahwa lingkungan kita sekarang sudah benar-benar terancam dan kelestariannya sudah sangat menganggu sehingga dikhawatirkan tidak mampu mewariskannya untuk anak cucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak kebijakan Indonesia belum menunjukkan keberpihakannya terhadap keseimbangan lingkungan hidup – sustainable developments. Padahal masalah kerusakan lingkungan hidup sudah mencapai batas yang sangat mengkhawatirkan. Nah, pada seminar dengan topik Energi Alternatif Ramah Lingkungan itulah Bu Etty tampil sebagai salah seorang pakar mewakili IPB.

Kapasitas Ibu Dr. Ir. Etty Riani saat itu sebagai Sekretris Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pasca Sarjana IPB. Bu Etty hari ini sudah tidak lagi berada di PSL-IPB, isu santer yang masuk ketelinga kami karena adanya internal politicings didalam jurusan ini. Walau sebagian lagi secara normatif formal mengatakan karena kontrak kerja Bu Etty sudah selesai dan tidak diperpanjang oleh Ketua Bidang Studi (bukan Dekan karena PSL bukan sebuah Fakultas). Beberapa mahasiswa adik kelasku mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka merasa sangat kehilangan seorang sekretaris jurusan yang penuh perhatian dan pembimbing disertasi yang dengan hati ikhlas tanpa pamrih menjalani fungsinya. Jauh dilubuk hati yang terdalam saya merasa teramat-sangat-kelewat prihatin, bahwa berpolitik praktis bukan terjadi hanya sekedar berada digedung DPR RI namun juga hadir didalam respectable kampus seperti IPB.

Kenangan mendalamku kepada Bu Etty adalah ketika kami semua didalam kelas selalu diingatkan agar melakukan tindakan penyelamatan bumi melalui tindakan sekecil apapun dan melalui disiplin ilmu apapun. Jadi bukan sekedar si ahli air (hidrolog) atau si ahli tanah (agronom) semata yang memikul tanggung jawab kelestarian lingkungan hidup namun kami-kami dari jurusan hukum dan ilmu sosial kemasyarakatan lainnya juga punya kewajiban memikul tanggung jawabnya. Terkesan seakan sebuah pemaksaan memang, namun dari sana saya merasakan adanya pembelaan dari seorang sekretaris program terhadap pandangan sinis dan ‘sebelah mata’ anak-anak eksakta terhadap kehadiran kami para mahasiswa pasca sarjana kelas Doktor dari jurusan non-eksakta di PSL-IPB. Rupanya Bu Etty sering dipanggil sebagai saksi ahli bidang ANDAL (Analisan Dampak Lingkungan) dan AMDAL (Ananlisa Mengenai Dampak Lingkungan) dibeberapa pengadilan terkait kasus delik pidana lingkungan hidup. Dan selalunya (sebagaian besar) argumen ilmiah dari Bu Etty dan timnya (sebagian besar dari IPB) dikalahkan dipengadilan hanya karena ‘dugaan’ politisasi hukum dari keuangan yang maha kuasa dari yang ‘diduga’ para pelaku aktif mafia peradilan Indonesia. Inilah concern Bu Etty terhadap penegakan hukum pidana lingkungan hidup di Indonesia dimana IPB sebagai salah satu institusi pendidikan ditanah air yang memiliki jurusan lingkungan hidup belum dapat meneriakkan kebenaran Segi Tiga Munasinghe yang berisi keseimbangan dari ekologi-ekonomi-sosial didalam sebuah kerangka pikir sistemik yang holistik serta integrated.Ibu Doktor Etty Riani adalah “IBU” kami di PSL-IPB.

Posisi Ibu Etty dimasa kami sekelas kuliah tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun juga penggantinya hari ini. Dari kelompok saya sekelas ada yang sudah lulus, ada yang dipersulit dosen karena ‘diduga’ melakukan delik pidana pemerasan pendidikan, ada yang mulus proses disertasinya karena memiliki keleluasaan finasial dan posisi dikedirjenan tertentu ditanah air, ada yang masih jalan ditempat tidak maju-maju, dan ada yang sedang bersiap menemui Pak Rektor karena hak azazi manusianya (HAM) tidak dilindungi akibat komersialisasi pendidikan oleh oknum tertentu yang secara nyata besinggungan dengan delik pidana pendidikan bilamana secara internal tidak dicarikan jalan keluarnya, dan lain sebagainya.

Harus diakui memang dunia pendidikan ditanah air masih eksklusif dan belum menjadi tempat bagi setiap orang untuk menuntut ilmu. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada seluruh institusi pendidikan ditanah air, dan tanpa melakukan penyeragaman serta tanpa harus menunjuk nama institusi pendidikan tertentu, kita harus mengakui bahwa mafioso pendidikan di Indonesia memang ada dan mereka eksis serta tersebar dimana-mana! Jadi bagaimana kedepannya kita wajib bersikap didalam menghadapi gaya menejemen institusi pendidikan seperti model ini, wa bil khusus terkait dengan UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang baru saja diketok-palukan namun mendapat respon negatif disana-sini dari seluruh Indonesia.

Selamatkan bumi dengan tanganmu menurut pesan Bu Etty, bagi saya hari ini juga termasuk pesan bagaimana menyelamatkan dunia pendidikan ditanah air yang berada diatas kulit kerak bumi didalam menejemen negara bernama Republik Indonesia. Semoga IPB menjadi salah satu pionir yang berani mengatakan BERANTAS MAFIA PENDIDIKAN di Indonesia!

Saat Presiden SBY Terpana di IPB: Marissa Haque

Sumber: detiknews.com

Jakarta - Lantunan lagu berjudul "Hening karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggema di Graha Widya Wisuda Institut Pertanian Bogor (IPB).

Selasa, 04/11/2008 15:29 WIB
Anwar Khumaini - detikNews

Lagu mendayu-dayu tersebut pun sebagai acara pamungkas acara Dies Natalis IPB yang ke-45.Puluhan penyanyi dari paduan suara IPB menyanyikan lagu SBY dengan sangat merdu. Tak kalah dengan Widi AB Three, pelantun lagu tersebut saat pertama kali disuguhkan kepada khalayak.

Sehingga tak heran, jika mata Ibu Ani Yudhoyono berbinar-binar saat menikmati sajian lagu ciptaan suaminya. Sesekali Ibu Ani tampak mengkuti bait demi bait yang dinyanyikan. Senyumnya terus mengembang.
Sementara Presiden SBY tidak begitu bereaksi saat lagu ciptaannya dinyanyikan. Dia malah terdiam kaku tanpa ekspresi. Namun terus memandang para pelantun.Suasana Graha Widya Wisudan pun hening, seperti judul lagu yang sedang dinyanyikan. Semua hadirin seakan-akan menikmati kata demi kata dalam lagu tersebut.

Tepuk tangan menggema dari para hadirin yang hadir dalam Dies Natalis IPB. Tak terkecuali Gebernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang duduk di sebelah Ibu Ani. Dari layar lebar, tampak sesekali Ahmad Heryawan mendiskusikan lagu tersebut dengan Ibu Ani.
Bangga sebagai Alumni IPB
Dalam kesempatan tersebut, Presiden SBY sempat menyatakan kebanggaannya sebagai Alumni IPB. Presiden SBY tercatat sebagai alumni IPB program doktor bidang ekonomi pedesaan. "Semoga nanti kalian (menunjuk para mahasiswa) bisa jadi menteri, atau seperti saya yang berdiri di sini sebagaio alumni IPB," ujar SBY bangga.
SBY menambahkan, para alumni IPB mulai dari para petani dan tukang cangkul di sawah hingga presiden pun ada. "Alumni IPB ada yang terjun di sawah dan ladang, penyanyi, penyair dan seperti saya (jadi presiden) yang banyak pekerjaan rumahnya," pungkasnya. (anw/irw)

Sekilas Presiden SBY
Jakarta - Nama : Susilo Bambang Yudhoyono
Tempat Tanggal Lahir : Pacitan, 9 September 1949
Agama : Islam

Istri : Ny Kristiani Herawati

Anak : (1) Agus Harimurti Yudhoyono; (2) Edie Bhaskoro Yudhoyono

Pendidikan:
(1) Akmil Magelang tahun 1973; (2) S2, Master of Art (MA) dari Management Webster University, AS: (3) S3, Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB)

Karir:
1996 - 1997 Pangdam II Sriwijaya
1997 - 1998 Kasospol ABRI
1999 - 2001 Menteri Pertambangan dan Energi

2001 - 2004 Menko Polkam

2004 - sekarang Presiden RI

Alamat:
Puri Cikeas Indah, Cibubur, Bogor
Begitu masuk level jenderal, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung menarik perhatian pengamat militer. Dia termasuk sedikit di antara jenderal TNI yang memiliki wawasan intelektual melampaui bidang yang ditekuninya. Tak heran, dulu ia kerap digolongkan sebagai jenderal intelektual.

Kecemerlangan wawasan lulusan terbaik Akmil 1973 ini mengantarnya dalam berbagai jabatan penting. Ia pernah menjadi Kasdam Jaya tatkala terjadi peristiwa 27 Juli 1996. Setelah itu, ia promosi menjadi Pangdam II Sriwijaya sampai akhirnya ditarik ke Mabes ABRI sebagai Kasospol dengan pangkat letjen.
Ketika Presiden Gus Dur berkuasa, SBY yang juga menantu Jenderal Sarwo Edhie Wibowo ini ditawari masuk kabinet sebagai Mentamben. Tawaran tersebut diterima yang di sisi lain, membuatnya terpaksa harus pensiun lebih cepat 5 tahun dari karir militernya.

Kerjasamanya dengan Presiden Gus Dur berlangsung tak lama. Setelah sempat mampir sebagai menkopolkam di tahun 2001, SBY kemudian diberhentikan oleh Gus Dur. Tapi begitu Gus Dur dilengserkan MPR, dan Megawati naik menjadi presiden, SBY kembali ditunjuk menjadi menkopolkam.
Kebersamaan dengan Megawati pun ternyata tak awet. Menjelang akhir masa pemerintahannya, SBY tak dilibatkan dalam beberapa pengambilan kebijakan pemerintahan. Uneg-uneg ini disampaikan kepada pers yang menyebabkan suami Megawati, Taufik Kiemas menyebutnya sebagai jenderal yang kekanak-kanakan. Tak dinyana justru sindiran ini melambungkan simpati publik pada SBY.
Pada pemilu 2004, SBY dengan kendaraan Parta Demokrat yang telah ia persiapkan sejak tahun 2001, SBY maju ke bursa capres bersama Jusuf Kalla (JK). Pasangan ini mendapat dukungan penuh dari PKS dan PBB. SBY-JK pun akhirnya memenangkan pemilihan presiden dalam 2 putaran setelah mengalahkan Megawati-Hasyim Muzadi dalam duel terakhir.

Selama menjadi presiden, banyak deraan menimpa SBY. Pada awal pemerintahannya, ada idiom SBY adalah presiden bencana karena banyaknya bencana alam yang menimpa Indonesia. Setelah itu berlanjut dengan krisis minyak yang memaksanya menaikkan harga premium dan solar. Meski demikian, SBY pun punya catatan sukses. Di masa pemerintahannya lah konflik Aceh terselesaikan, demikian pula dengan komitmen pemberantasan korupsi yang realisasinya jauh lebih bagus ketimbang presiden-presiden sebelumnya. (tbs/tbs)

Rabu, 14 Oktober 2009

Sebagai Ketua Bidang Perempuan di DPP MAI: Marissa Haque

DPP MAI: DEWAN PIMPINAN PUSAT MASYARAKAT AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI INDONESIA

Press Release
Organisasi Masyarakat Agrobisnis dan Agriindustri Indonesia disingkat MAI adalah wadah organisasi profesi dan kewirausahaan yang menghimpun masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri se Indonesia, senantiasa memelihara dan melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa melalui kerjasama kemitraan dengan pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan dan seluruh kalangan masyarakat agraris Indonesia.

Tujuan Organisasi Masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) adalah berupaya untuk memasyarakatkan Agrobisnis dan Agroindustri diwilayah Republik Indonesia, menjadikan Agrobisnis dan Agroindustri sebagai komoditi unggulan Indonesia dan berupaya meningkatkan kesejahteraan dan menghasilkan devisa bagi negara.

Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, Masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) menyelenggarakan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai kalangan baik perorangan, lembaga pemenerintah maupun swasta, meingkatkan mutu para anggota serta mengembangkan peningkatan Sumber Daya Manuasia (SDM) melalui kerjasama antar organisasi profesi baik di dalam maupun diluar negeri. Berperan aktif dalam kegiatan pengembangan pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka turut dalam memajukan perekonomian kerakyatan khususnya masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia dan menyelenggarakan kegiatan di bidang sosial ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Setelah melaksanakan deklarasi pada tanggal 16 Feburari 1999 lalu, yang bersamaan dengan acara pengukuhan pengurus DPP Masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) oleh Menteri Pertanian Republik Indoensia, Bapak Soleh Solahudin, maka DPP MAI dalam waktu dekat akan melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pertama yang diharapkan akan menghasilkan program-program kerja yang baik, berkesinambungan dan dapat langsung menyentuh sendi-sendi permasalahan masyarakat agraris Indonesia terkini.

Salah satu program utama yang akan digulirkan dalam waktu dekat ini adalah membentuk Badan Pemasaran Bersama Agrobisnis dan Agroindustri di Indonesia, menindak lanjuti kerjasama yang telah tertuang dalam nota kesepakatan (MOU) dengan Bank BNN 16 Februari lalu, disamping mengupayakan pendidikan dan pengetahuan Sumber Daya Manusia melalui sosialiasi buku-buku pertanian dan peternakan terbitan Kanisius ketengah-tengah lingkungan masyarakat.

Untuk itu organisasi Masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) mengajak masyarakat luas petani, pelaku industri pertanian, pemerhati para pakar dan organisasi kemasyarakatan lain agar bergabung dalam organisasi ini untuk bersama-sama, bahu membahu membangung sebuah tahanan Indonesia baru, Indonesia yang agraris, sejahtera, adil dan makmur.

Dr. Herry Suhardiyanto Rektor IPB Termuda: Marissa Haque

Dr. Herry Suhardiyanto, Rektor IPB Termuda

Sumber: Ismoko Widjaja - Okezone

Senin, 3 Desember 2007 - 19:18 wib

BOGOR - Dr Ir Herry Suhardiyanto MSc akhirnya terpilih menjadi Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) periode 2007-2012. Dipimpin Ketua Majelis Wali Amanah (MWA) Didik J Rachbini dan dihadiri Menteri Pendidikan Bambang Soedibyo, Herry berhasil mengungguli tiga kandidat lainnya."Pak Herry termasuk orang muda dan beberapa kalangan memang mengharapkan orang muda memimpin IPB," ujar Kepala Humas IPB Agus Lelana dalam perbincangannya dengan okezone, Senin (3/12/2007).

Menurut Agus, mantan Wakil II Rektor IPB yang masih berusia 48 tahun itu, berhasil meraup suara 65 persen lebih dari seluruh civitas akademika IPB. Dua kandidat yang berhasil lolos ke putaran terakhir yakni, Prof Dr Ir Dudung Darusman, MA dan Prof Dr Ir MA Chozin."Pak Herry diharapkan dapat meneruskan apa yang sudah ada. Tentu ditambahkan dengan kondisi-kondisi aktual. Sehingga, memang diperlukan adanya perubahan dan perbaikan," jelasnya. Rektor ke-13 IPB ini memang bukan rektor termuda sepanjang IPB berdiri. Sebelumnya, Prof Dr Ir Andi Hakim Nasution pada usia ke-40 sudah menjadi Rektor IPB periode 1978-1987. Jadi, Herry tepatnya adalah Rektor IPB termuda di masa kini atau selama hampir 20 tahun terakhir.


Berdasarkan informasi yang diterima okezone, doktor teknologi pertanian yang terpilih menjadi Rektor IPB itu akan melaksanakan lima program utama. Program kerja yang akan dilakukan ada yaitu, Pendidikan dan Kemahasiswaan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, peningkatan kesejahteraan, peningkatan kapasitas, dan penguatan sistem manajemen kampus.(ism)

Mendapatkan Kepercayaan dari WWF untuk Turut Melestarikan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus): Marissa Haque

WWF: Marissa Haque Sang Duta yang Gigih memperjuangkan Pelestarian Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Marissa Haque merupakan selebritis dan produser film yang sangat peduli pada kelestarian Badak Jawa. Kepeduliannya diwujudkan dengan kesediaannya menjadi Duta bagi Badak Jawa, yang jumlahnya tinggal kira-kira 50-60 ekor. Sebagai duta, Marissa juga ikut menyebarluaskan informasi tentang pentingnya pelestarian Badak, bahkan ia terlibat langsung dalam pembuatan film dokumenter tentang badak jawa yang saat ini masih dikerjakannya. Marissa selalu mengaitkan berbagai isu sosial ekonomi dengan pelestarian badak, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. “Saya akan bantu untuk mencari pasar ekspor bagi patung-patung badak yang dibuat oleh masyarakat sekitar,” tegasnya. Diskusi santai di areal food court ini tidak hanya membicarakan Badak Jawa saja, tetapi juga berbagai aspek pelestarian terkait lainnya yang tidak boleh diabaikan untuk menjamin kelestariannya, mulai dari isu Usaha Kecil Menengah (UKM) hingga isu pemberdayaan perempuan.

Tim WWF-Ujungkulon dengan kompaknya berbagi cerita tentang berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikan Badak Jawa ditengah situasi pelanggaran batas hutan dan penebangan liar yang marak terjadi di sekitar TN Ujung Kulon. Iwan ‘Podol’, peneliti WWF-Indonesia di Ujungkulon membahas keadaan hewan yang perburuannya sudah dihentikan sejak tahun 1990-an ini. Pengalaman sehari-hari dilapangan saat melaksanakan upaya pelestarian dan perlindungan badak jawa, mengalir lancar dari Pak Uus, anggota Rhino Patrol Unit dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon.

Sementara Bapak Warca, ketua Koperasi Kagum dan Pak Komar dari Wakil Masyarakat Ujung Kulon bercerita bagaimana kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembuatankerajinan, khusunya patung badak, wisata lingkungan, dan penyaluran credit union di sekitar Taman Nasional berdampak positif bagi upaya perlindungan lingkungan secara keseluruhan.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah demonstrasi pembuatan patung badak, demo pembuata T’shirt badak, pameran foto hasil tangkapan camera traps, dan tentunya acara door prize. Sesi tanya jawab antara para nara sumber dengan peserta sangat dinamis, tampaknya selain pemandu acaranya memang piawai memancing minat peserta, tampaknya masyarakat mulai menyadari arti penting ikut berperan serta dalam upaya pelestarian lingkungan. Mudah-mudahan dimasa mendatang, bukan hanya Marisa Haque yang bersedia menjadi duta, tetapi muncul duta-duta lainnya dengan kegigihan dan keseriusan untuk melestarikan lingkungan.

Green Sea Turtle sebagai Simbol Panjang Umur Masyarakat Cina

Sepenggal kenangan dalam in depth interview di Provinsi Riau:

Green Sea Turtle sebagai Simbol Panjang Umur Masyarakat Cina


Dipercaya atau tidak namun demikian kenyataan yang saya temui secara langsung sebagai data primer ketika secara tidak sengaja mendengarkan cerita klasik Cina di Provinsi Riau ketika sedang mealkuakn indepth interview terkait dengan masalah illegal logging di Provinsi kaya tersebut. Memang tidak ada hubungannya secara langsung dengan risetku. Namun banyak hal terkait dengan local wisdom dan lingkungan hidup saya dapatkan disana. Termasuk kenapa kura-kura/penyu hijau ini menjadi simbol usia panjang manusia.

Bunga Cempaka yang Sempat Kuniatkan untuk Nama Bella atau Kiki: Marissa Haque

Bunga Cempaka

Nama Latin Bunga Cempaka Putih adalah Michelia alba Dc. Dahulu kala disaat dua kali kehamilan nama Cempaka sempat kuusulkan pada Ikang Fawzi suamiku agar menjadi nama tengah Bella atau Kiki. Namun entah bagaimana terus tidak jadi. Namun kedatangan salah seorang teman kerumahku yang dulu pernah tinggal di Aceh mengingatkanku akan nostalgia ini. Bunga Cempaka atau Jeumpa memang mashur di Aceh. Bahkan ada pula lagu yang diciptakan terkait bunga harum Indonesia ini.

Nama Latin :Michelia alba Dc.Nama Daerah :Jeumpa gadeng (Aceh); Cempaka putieh (Minangkabau); Campaka bodas (Sunda); Pecari putih, Cempaka putih (Jawa); Campaka pote (Madura); Cempaka mawure (Sulawesi Utara); Bunga eja kebo, Patene (Ujung Pandang); Bunga eja mapute (Bugis); Capaka bobudo (Ternate); Capaka bobulo (Tidore).

Yellow Margot

Yellow Margot
Fokus IPB, Biologi dan Sosial, Marissa Haque Fawzi, Program Doktor Lingkungan Hidup, 2009

Dr.Hj. Marissa Haque Ikang Fawzi, Mengamati Alam Meracik Model Sistem Lingkungan untuk Indonesia

Dr.Hj. Marissa Haque Ikang Fawzi, Mengamati Alam Meracik Model Sistem Lingkungan untuk Indonesia
Dr.Hj. Marissa Haque Ikang Fawzi, Mengamati Alam Meracik Model Sistem Lingkungan untuk Indonesia

Modelling Grid of Earth

Modelling Grid of Earth
Modelling Grid of BUMI

Alur Ekologis

Alur Ekologis
Alur Ekologis, PSL, IPB,Marissa Haque

Alur Ekosistem

Alur Ekosistem
Alur Ekosistem

Sempat Mendukung Program Dekan Pasca IPB, Bogor

Sempat Mendukung Program Dekan Pasca IPB, Bogor
Marissa, Haque, Bapak Ismet (Bupati Kab.Tangerang/Pamannya Ikang Fawzi), Dekan Pasca Sarjana IPB, in UMKM Introduction for Mauk in Banten, 2006

Species Dilindungi Toco Toucan

Species Dilindungi Toco Toucan
Marissa Haque, Penggemar Toco Toucan

Catatan Pemekaran Wilayah Indonesia

Catatan Pemekaran Wilayah Indonesia
Politik Indonesia & Laju Kecepatan Kerusakan Lingkungan Hidup